Bunga Popi ~ Usman Awang

Dari darah, dari nanah yang punah di tanah,
rangka manusia kehilangan nyawa disambar senjata,
hasil manusia gila perang membunuh mesra,
bunga merah berkembang indah minta disembah.

Yang hidup tinggal sisa nyawa, penuh derita,
kering, bongkok, cacat, tempang dan buta,
perang dalam kenangan penuh kengerian,
sekarang dalam kepahitan,
dalam kesepian.

Yang lain kehilangan anak, suami dan kekasih,
hilang pergantungan, hilang pencarian,
hidup kebuluran,
ribuan janda, ribuan kcewa, ribuan sengsara,
jutaan anak-anak yatim hidup meminta-minta.

Manusia gila perang telah membunuh segala mesra!
perang berlangsung mencari untung tanah jajahan!
perang berlangsung membunuh anak dalam buaian!
perang berlangsung menghantar lebur nilai kebudayaan!

Bunga popi bunga mayat perajurit bergelimpangan,
bunga darah merah menyimbah,
penuh kengerian.

Kami benci pada perang penuh pembunuhan!
kami rindu pada damai sepanjang zaman!

Usman Awang
1955

In English Translation :

Poppies

From blood, from pus that rots in the soil,
from skeletons that have lost their lives,
snatched by weapons,
the result of war maniacs who kill love,
the red flowers bloom beautifully,
requesting to be adored.

Those who live on are remnants of life,
full of sufferings,
wizened, bent, deformed, maimed and blind,
war in retrospect is full of horrors;
they remember now,
in bitterness,
in solitude.

Others lost children, husbands and sweethearts,
lost their sources of support, their livelihood,
they live in starvation,
thousands widowed,
thousands disappointed,
thousands tormented;
millions of orphans live on, and beg.

The war maniacs have killed all love!
war raged and found profit in colonial lands!
war raged and killed babies in their cradles!
war raged, and destroyed cultural values

Poppies are the flowers of fallen soldiers,
flowers drenched red with blood,
full of horrors.

We hate war,
full of killing!
we cry for a never-ending peace!

Usman Awang
1955

(Translated by Adibah Amin)

Sajak ‘Bunga Popi’ itu merupakan nukilan Sasterawan Negara Datuk Usman Awang akan peperangan. Nukilan beliau pada tahun 1955 itu hasil inspirasi daripada pemerhatiannya terhadap pergolakan dunia pada masa itu.

8 Responses to Bunga Popi ~ Usman Awang

  1. Alhamdulillah. Setelah lama mencari, akhirnya jumpa juga sajak ini di halaman Haniey.
    Terima Kasih Haniey atas jerih payah anda mengumpul sajak-sajak nostalgia yang benyak menyimpan kenangan dan peristiwa lama.

    Syabas

  2. anggerik suardi berkata:

    Sajak sajak ini terasa dapat mencuit hati dan merungkai rindu hati pada penyajaknya…
    Terima kasih pd yg menghargai dan mengagumi genre ini kerana ketahuilah anda adalah intipati di dalamnya…

  3. Adrianta Bin Aziz berkata:

    Salam,
    Saya pernah mendeklamasikan sajak Bunga Popi karya Arwah Datuk Usman Awang pada tahun 1989, Pertandingan Deklamasi Sajak Pada Peringkat Negeri Pulau Pinang di Sekolah Menengah Abdullah Munshi.

    Ketika itu sajak yang ditersirat belum jelas lagi kelihatan suasana global kini.

    Pada saat ini, apabila diungkapkan erti kata sajak ini, pasti lebih mengerti konotasinya dan implikasinya sudah nyata…

  4. L.O.L berkata:

    Panjang sangat sajak ini tapi menarik juga

    sikit orang tengok sajak ini

  5. nuruljannah berkata:

    salam.. mcm mana sy nak hubungi awang abdullah….
    tolong bagi tahu… dh puas saya cari maklumat dia di dlm inteknet ni…

  6. faizan berkata:

    pengertiannya cukup memberi makna pada kita yang memahami..cukup persis..dan applikasinya ada pada kita..semoga karya ini dikenang sepanjang zaman..

  7. Irene berkata:

    Its such as you read my thoughts! You appear to know so much about this, like you wrote the e-book in
    it or something. I believe that you simply could do with some p.
    c. to drive the message home a little bit, however instead of that,
    this is magnificent blog. A great read. I’ll definitely be back.

  8. Zamrin bin Usman berkata:

    1989 saya johan deklamasii sajak di sekolah menengah sultan ismail Jb.
    Bunga Popi sajak pilihan saya pada pertandingan itu…

Tinggalkan komen