Makna Sebuah Titipan ~ WS Rendra

Sajak Makna Sebuah Titipan ~ WS Rendra

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa :

sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Allah
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,

tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?

Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu
diminta kembali oleh-Nya?

Ketika diminta kembali,
kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan
bahwa itu adalah derita.

Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku.

Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti
matematika:
aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
dan bukan kekasih.
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”,
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,

Gusti, padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah…

“ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja”
~ WS Rendra

18 Responses to Makna Sebuah Titipan ~ WS Rendra

  1. kangheri berkata:

    Halo..

    Wah puisi nya bagus..memberikan inspirasi..,
    izin untuk copy yah..tq..

    salam
    kangheri

  2. Ihsan berkata:

    Sangat Bagus… Inilah yang terjadi, Mereka semua memandang tuhannya seperti mitra dagang bahkan lebih buruk dari itu. Mereka datang kepada tuhannya ketika terpojok oleh urusannya, ketika sangat membutuhkannya. Memang tidak salah, tapi pantaskah?

  3. lalakiulahleweh berkata:

    ketika Allah mengambil miliknya dari tangan kita,knapa kita mrasa Allah sedang tidak mempercayai kita?lalu sudahkah kita menanamkan kepercayaan kepadaNya?tapi itulah yang selalu kita lakukan….melupakanNya.

    salam
    (gho_zen)

  4. ndazZ 1209 berkata:

    wow puisi yang sangat bagus….
    ku juga lum mengetahui knp Allah menitipkan aku di sini??? apa arti hidup yang sesungguhnya
    padahal semua kehidupan itu ti2pan sang Illahi tuk ku, namun knp aku tak bisa memaknai arti hidup…
    dan ku ingin mengetahui mengapa ibuku menitipkan ak pada ma2h….
    namun ku berfikir kembali bahwa ibu dan mamah adalah orang tua ku…
    sosok wanita yang telah melahirkan dan mendidik ku hingga ku tumbuh dewasa saat ni. sesungguhnya ALLAH MAHA ADIL DAN PENYAYANG

    salam rindu
    indri 17

  5. Hendra berkata:

    bagi puisi’y yach..
    bwt tgs skul gw..
    keren bgt nich puisi..
    tapi panjang yach

  6. poer berkata:

    memang…hebat n indah

  7. salutaja berkata:

    selamat jalan bung rendra

  8. trie berkata:

    selamat jalan guru
    selamat jalan sahabat bangsa
    selamat jalan pejuang sejati
    selamat jalan penyair burung merak
    selamat jalan ………

  9. hadijah berkata:

    Selamat jalan…Bung..

    Kau memang telah mati…
    tapi karya-karyamu akan abadi….

    Smoga dtima di sisi Allah sesuai dg amal ibadahmu

  10. hj. suhaimi hj khalid berkata:

    Aduhai, Bung. Terbanglah tinggi si merak jati; terbang tinggi mencari surgawi… meski tak kembali lagi, puisimu abadi

  11. Ichoex berkata:

    Selamat Jalan Bang..
    Karyamu, warisan bangsa..
    Hidup yg brarti, ketika qt bisa meninggalkan sesuatu ketika qt pergi..
    Kau melakukannya Bang..

  12. marsya berkata:

    tidak biasa…
    menyentuh kalbu dan menyadarkan saya,
    ini hidup– yang indah bukanlah segalanya

    (mengenang W.S. Rendra)

  13. muchtar87 berkata:

    subhanallah, begitu dalam

  14. Lia berkata:

    Benar benar mengharu biru dan menyentuh kalbu…semua yang Allah berikan hanyalah titipan semata… (mohon ijin untuk dikopi yah pa)

  15. Rizal berkata:

    sudah saatnya kita intropeksi.
    jangan mau kalah dengan hawa nafsu.
    karena ia hanya membawa kita pada keburukan.

  16. galuh berkata:

    sebuah puisi untuk menjadi renungan buat kita semua. mohon izin untuk dicopy yak……!!

    salam
    (galuh)

  17. Kontemplasi yang menenangkan

Tinggalkan komen