Sajak Patriotik : Bersila Di Atas Tikar Merdeka

BERSILA DI ATAS TIKAR MERDEKA

TELAH DI PILIH DARIPADA POHON MENGKUANG TERBAIK
DI TANAH GEMBUR BERLEMBAH SUBUR MAKMUR INI
TELAH DIPILIH DARIPADA DAUN TUA TERBAIK-SEGAR DAN LEBAR
DICANTAS DAN DIHIMPUN DARIPADA TIGA POHON TERBAIK
DIJEMUR DI BAWAH TERIK MENTARI NAMUN TETAP KUKUH IA
DILAYAT MENJADI JALUR JEMALUR NAMUN TETAP LIAT IA
DIRENDAM DENGAN TIGA RUPA WARNA SEMAKIN CANTIK
DI JEMUR LAGI DAN DI LURUT BERKALI – KALI SEMAKIN LEMBUT IA

TELAH DI PILIH DARIPADA PENGANYAM TIKAR TERMAHIR
DIATAS BUMI INDAH AMAN MAKMUR INI
HALUS JEMARI MENYUSUN DAN MENYILANG JALURAN
MENGANYAM PETAK – PETAK WARNA DENGAN AKAL SENI
TIDAK MUDAH SEPERTI YANG KITA SANGKAKAN
JALURAN HARUS TEPAT MENYISIP ATAS BAWAH
HATI PERLU TABAH MENGHADAPI WAKTU SABAR
DARI LUAS SEINCI DI JADIKAN LEBAR SEJENGKAL
DARI SEJENGKAL DIJADIKAN SEHASTA DEPA
DARI SEHASTA DEPA DIJADIKAN SEHAMPARAN SUDAH
BEGITU PAYAH SEBENARNYA MENYIAPKAN TIKAR KERAMAT INI
BEGITU CANTIK PULA SIAPNYA MEMAPARKAN DIRI
SIAPA MELIHAT MENJADI TERPEGUN AMAT AKAN CORAKNYA
SIAPA MENYENTUH BERASA HALUS AMAT AKAN SENI DIRINYA

INILAH TIKAR MERDEKA TERPILIH BINAAN GENERASI LALU
JANGAN SEKALI – KALI GADAIKAN IA KEPADA PENJAJAH
JANGAN SEKALI – KALI HAMPARKAN IA KEPADA PEMBELOT BANGSA
JANGAN SEKALI – KALI MELETAKKAN NILAI HARGANYA KEPADA SESIAPA
KERANA TIKAR INI HANYA UNTUK PEJUANG TERBILANG
KERANA TIKAR INI HANYA UNTUK RAKYAT BERHATI WAJA
KERANA TIKAR TIADA TERNILAI UNTUK DI TUKAR GANTI

HANYA KEPADAMU KAMI BERSETIA DAN BERSUMPAH
HANYA KEPADAMU KASIH KAMI TUMPAH MELIMPAH
KAMILAH INSAN PALING BERTUAH MENDUDUKI TIKAR MERDEKA INI
BERSILA DAN BERZIKIR HAYAT MENYUSUN SEJARAH BANGSA..

~ Adam Mohd Noor

8 Responses to Sajak Patriotik : Bersila Di Atas Tikar Merdeka

  1. cahaya malam berkata:

    Merdeka!,Merdeka!,Merdeka!

    ungkapan laungan pasti bulan ogos,
    berkobar-kobar membakar rakus suasana jiwa,
    dengan limpahan darah dan airmata,
    bergelut resah derita memaut bangsa,
    memori ngeri menggengam sebuah erti merdeka,
    dukacita,
    kini mengganti pesta sakan nyanyi-nyanian,
    dentum bunga api yang menghangitkan udara,

    Merdeka!,Merdeka!,Merdeka!

    jeritan ini yang bertempik megah oleh bangsa,
    tetapi ingat,
    bukan semua,
    pekik ini langsung tidak mengendong makna,
    buat insan yang masih menderita papa kedana,
    yang masih menghulur tangan mengubati sengsara,
    yang masih menjadi watak utama dalm rancangan ‘bersamamu’.

    Merdeka!,Merdeka!,Merdeka!

    jauh sudah bangsaku mengembara,
    dari seremban ke putrajaya hinggalah ke angkasa,
    jalur gemilang berkibar sasa,
    bertanya pula seorang hamba,
    bagaimana pula dengan bahasa,
    tambah bermadah pula,
    bahasa jiwa bangsa,
    adakah bahasa juga sudah jauh mengembara,
    atau masih terperuk dalam kamus dewan pustaka,
    atau hanya memakai baju ibunda,
    jawab lagi sorang hamba,
    bahasa ku hina,
    kau tidak boleh maju jika menggunakanya,
    alangkah malangnya,
    kata-kata seorang peludah bangsa,

  2. adum berkata:

    Apakah Ini Fiksi?

    Senja itu kelabu
    kusibak kembali tirai masa lalu
    jendela sejarah
    mengais ngais tumpukan peristiwa
    di tong sampah subjektifitas
    catatan panjang ibu pertiwi
    secarik kertas kusam penuh tapak kaki

    Ibuku,
    Sayang
    Di waktu remaja enam abad silam
    kau gadis cantik lagi sensual
    Si Bunga desa khatulistiwa
    penebar harum dari rumah nusantara
    dalam keluguan kebodohan
    kau selalu gembira riang
    bermain bersama indah alam tropis
    bermanja pada kekayaan alam
    kau cuek akan gaduh suara
    pertikaian lantai dan tiang vs atap
    komponen penting rumah nusantara

    Ibuku,
    Malang
    Lebihmu adalah magnet
    bagi besi penderitaan
    dari lirikan mata penuh birahi
    bajingan-bajingan luar penuh syahwat
    haus kepuasan
    mengharap anggur dari cawan cantik
    dan molek tubuhmu
    servis tiada duanya
    mereka berlomba demi bunga desa
    perawan tingting
    dan playboy Purtugis, Inggris, Belanda,
    dan Jepang berjingkrak girang
    walau cinta ditolak
    militer bertindak
    Pengelana Cina, Arab, India
    bisa tersenyum tanpa hasrat menodai
    Sementara anak-anakmu yang bodoh
    tanpa tahu siapa bapaknya
    mungkin tanah
    mungkin air
    ataukah Si duda
    waktu kena sihir “devide at empire”

    Ibuku,
    Kenang
    Kawin cerai di bawah tangan
    warna hidupmu, goresan cinta terlarang
    karena mereka beda marga
    Kini, setengah abad lebih kau kembali kepelukan
    Pemuda pemuda sekampung
    bersenandung lagu baru
    kawin cerai ke KUA
    menyisakan putra putra ambisius
    rakus lagi buta
    berebut warisan sisa “tersita”
    mulai dari
    Si Agamis, dari bapak perjuangan kemerdekaan sulit
    Si Nasionalis, dari bapak Orde Lama rumit
    Si Manja Beringin dan militer, dari bapak Orde Baru pelit
    dan yang baru lahir
    Si Bungsu reformasi dari bapak Globalisasi
    Sama mengklaim berhak
    penuh dan mutlak
    atas rumah krisis moneter
    di atas sebidang tanah “bantuan” IMF

    Ibuku,
    Jalang
    Penyamun manopause sudah dekat atas kejar
    demi sebuah usia
    namun kemolekan-sensualitasmu
    tetap menebar aura birahi penuh janji
    Tanpa sadar
    Si Durjana koboy Paman Sam
    terus melirik dari teropong kapitalisme
    dengan mata berbinar syahwat
    nafsu birahi pemerkosa

    Ibuku,
    Ibu Pertiwi
    Kecantikan kemolekan sensualitasmu
    berharap kami membawa berkah
    Fakta menyanggah
    Itu sumber penderitaan
    tapi mengapa mereka berharap memilikimu
    Wahai janda nan janda, menangislah
    dan tahan senyummu
    Itu perintah kondisi
    Jangan mau dibelenggu keterpaksaan
    agar anakanakmu
    melihat air mata itu
    dan sadar akan pentingnya sapu tangan untuk menyeka

  3. ain berkata:

    tunjuk kan semangat thadap

  4. noor izni aishah berkata:

    panjang nyer….
    x penat ke tulis byk2…..
    hehehe

  5. e-jan berkata:

    bagus…tp janda jak nok nangis kah?anak dara nya ne….

  6. Halimah berkata:

    Urm , agak bgus

Tinggalkan Jawapan

Masukkan butiran anda dibawah atau klik ikon untuk log masuk akaun:

WordPress.com Logo

Anda sedang menulis komen melalui akaun WordPress.com anda. Log Out /  Tukar )

Facebook photo

Anda sedang menulis komen melalui akaun Facebook anda. Log Out /  Tukar )

Connecting to %s

%d bloggers like this: