Selamat Malam Bandung ~ Kemala

(untuk ken dan rendra)

Antara romantisme gunung
dan hiruk pikuk trafikmu
puisi dilontar dan dihantar ke podium
di melenium inipun
rahwana menggerogoti sinta
dan rama meruap api cemburunya

Tembang demi tembang
penyair ingin keluar dari sarung leluhurnya,
menjeritkan
‘kami bukan si malin kundang’
menolak ragu dan sesal
kami adalah syurga dan neraka sekaligus
tepuk dan bujuk
asyik yang bermata sepuluh

Kutatap lembah suburbia
singgah singkat di galeri salasar dan popo
garis, pecahan kaca atau wanita telanjang
warna abstraksi dan galauan
dan siratan magisme, kecapi ottih
“negeri abadi” dan tatapan
para leluhur menenggang duka
patah kendali. bandung yang sesak
hijau, hijau alpokat, jeruk dan salak
angkot ribut mendesakdesak
sayup sampai, pluit kereta api singgah dari jakarta
atau yang tadi dari surabaya, mata yang layu, tangan
yang jenuh
kelapa muda dan farid maulana
meramu jeans levis strauss
buku puisi, mukena dan jerembab kembang
mimpi sulit datang, meremang liar, souveniers
puisi dan penyair, metafora magistik
bergantungan di langit.

Selamat malam bandung
azan dari masjid firdaus
serap seni, daif diri, bangkrut budaya
huyung-hayang bulan tak bersari
jeriji maut dan angin bangkit abad
tanah yang dilelang, seringai paman doblang
di kuburnya, petani gaduh merana dan lusuh
para dewa menggewangi ladang rampokannya.

Dari titik ke titik
dapatkah puisi merambah duka maha insani
antara tidak apa-apa, nol dari fungsi
suara menopang telatah. desis dan bisik
‘tidak apa-apa’ kita adalah kekosongan dan
kekosongan itu kita!
heran, kata-kata hilang magisme
dia masih terus menulis dan sedia
untuk tidak apa-apa
walhal seni memertabat insani
bulan putih, violet yang diturunkan
tuhan dari syurga kekuasaanNya
selamat malam bandung
kota kembang tak jemu-jemu bersenandung.

KEMALA
Bandung-Jakarta
April 2002
(Ziarah Tanah Kudup 2006:82-83)

One Response to Selamat Malam Bandung ~ Kemala

  1. Bahrun Nur berkata:

    Di tempat yang sedang menjerit-jerit, aku tak mampu menjerit,
    Di keramaian, aku dan dia kesepian,
    Di atasnya pesta pora manusia, aku dan dia merana,
    Aku dan Bandung dalam diam termenung, murung,
    Kapan Kota tercintaku kembali tersenyum,
    Hijau, aman, nyaman dan berseri dengan berjuta kuntum,
    ……..
    Mimpi kali ……..

Tinggalkan Jawapan

Masukkan butiran anda dibawah atau klik ikon untuk log masuk akaun:

WordPress.com Logo

Anda sedang menulis komen melalui akaun WordPress.com anda. Log Out /  Tukar )

Facebook photo

Anda sedang menulis komen melalui akaun Facebook anda. Log Out /  Tukar )

Connecting to %s

%d bloggers like this: